Mengenal tingkatan batu permata, mata kucing / cat’s eye, tergolong batu
peringkat ketiga dibawah zambrut Colombia dan berlian, namun dalam
pengembangan di pasar International, batu mata kucing cellone, menduduki
peringkat pertama dalam bursa penjualan batu mulai terlaris.
Asal-usul batu mata kucing terjadi atas pembekuan zat asam yang terlahir
dari sifat air dan mengandung sulfur perekat tertinggi selama ribuan
tahun lamanya. Batu ini disebut juga ametis cristal terkuat yang
mengandung 8 mohs kadar kekerasan batu dengan bentuk urat air mengalir.
Dalam peradaban manusia dimasa keemasan zaman Purwarica Bata Wening,
batu mata kucing sangat didewakan sebagai lambang dari keasrian alam,
sedangkan di zaman raja agung Zulkarnaen (Zaman setelah Nabiyullah Nuh
AS) batu ini telah menduduki tahta tertinggi dengan ditempatkannya pada
kursi kebesaran sang kaisar dan mahkota para raja kala itu. Namun pada
masa Nabiyullah Sulaiman AS, batu mata kucing mulai raib keberadaannya
dan digantikan dengan batu termulia saat ini yaitu, merah delima, dan
baru dimasa kejayaan WaliSongo, kisah batu mata kucing mulai terangkat
kembali lewat wasilah seorang putri raja Tarta, Ong Tin, yang datang ke
pulau Jawa.
Terkenalnya Batu Mata Kucing di Indonesia
Sekitar tahun 1400M, seorang putri cantik anak dari raja Tartar, yang
bernama Ong Tin, dengan dikawal 40 perahu besar penuh dengan pernak
pernik perhiasan, guci, piring, giok serta ratusan batu permata yang
dibawanya dari Negara asalnya China, kini sedang menuju pelabuhan
Cirebon.
Sang putri ternyata sedang mabuk asmara terhadap Syarif Hidayatullah,
pemuda tampan yang pernah datang ke istana ayahandanya. Konon sebelum
semua ini terjadi, Syarif Hidayatullah, yang kala itu merasa hatinya
gundah gulana dan sulit untuk memejamkan matanya, akhirnya bisa tertidur
pulas disalah satu perahu jukung milik nelayan yang sengaja ditambatkan
dipinggiran pesisir laut Cirebon. Dengan kekuasaan-Nya, disaat Syarif
Hidayatullah, tertidur lelap, Allah SWT, menghempaskan perahu tadi
hingga jauh sampai ke negeri China.
Syarif Hidayatullah
Kedatangan Syarif Hidayatullah, ke Negara China, ternyata tidak disukai
oleh raja Tartar, pasalnya Syarif Hidayatullah, secara pribadi
mengundang banyak kecintaan rakyat Tartar, atas kelembutan dan tutur
bahasanya yang sangat sopan. Takut dirinya tersaing sebagai seorang
raja, maka dipanggilah Syarif Hidayatullah, keistana raja. Dengan
mengedepankan sifat kekuasaan, sang raja Tartar, mulai menyiasati Syarif
Hidayatullah, yang kala itu dianggapnya punya kelebihan diatas manusia
pada umumnya dengan cara, putrinya Ong Tin, dihiasi memakai bokor
tembaga hingga menyerupai perempuan sedang bunting 8 bulanan.
“Kisanak… sebelum aku memberikan pernyataan, coba kau lihat apakah
putriku ini hamil atau tidak” terang sang raja. “Wahai raja Tartar, atas
ijin Allah, tidak ada seorang wanita yang sudah bunting seperti putri
anda dinyatakan tidak hamil” Atas jawaban ini raja pun tertawa
terbahak-bahak, merasa dirinya menang dari jawaban Syarif Hidayatullah
barusan. Lalu beliaupun melucuti ikat pinggang putrinya untuk
memperlihatkan bahwa putrinya ini tidak hamil melainkan hanya sebuah
bokor yang dipasang. Namun apa yang dilihat raja saat itu membuat beliau
marah besar, ternyata bokor yang dipasang pada perut putrinya lenyap
dan berganti dengan hamil sungguhan “Sungguh kejam sihirmu wahai sang
penenun jahat” lalu dengan lupan amarahnya Syarif Hidayatullah, akhirnya
diusir dari negaranya. Dengan kejadian ini sang putripun merasa malu
dan terus menangis tiada henti, disisi lain,
setelah melihat pemuda tadi yang tak lain adalah Syarif Hidayatullah,
sang putri langsung jatuh hati. Kesedihan sang putri membuat sang
ayahanda tak tega melihatnya, maka diutusnya 400 pasukan untuk
mengantarkan sang putri menemui Syarif Hidayatullah di tanah Pasundan.
Kembali ke cerita semula, sesampainya di perbatasan pesisir Cirebon,
putri Ong Tin, yang hatinya telah diliputi perasaan cinta langsung
berlari kegirangan dan tanpa di sadari olehnya, kalung yang dipakainya
tersangkut dahan hingga terjatuh diantara timbunan pasir laut dan kisah
ini terjadi tepatnya di daerah pesisir Pasir Ipis, daerah Ciledug. Dalam
sejarah keWalian, kalung yang dipakai putri Ong Tin, adalah berbentuk
rantai tipis yang terbuat dari emas putih dengan dihiasi berlian ungu
dan ditengahnya terdapat batu mulia besar yang sangat indah dipandang
mata yaitu, batu mata kucing hijau dengan serabut urat air yang sangat
lembut.
Lewat sejarah jatuhnya kalung putri Ong Tin, Ir. Kosasih, selaku putra
mahkota Kanoman, yang kini menempati rumah sederhana di daerah karang
Asem Sindang Laut Cirebon, beliau pernah menuliskan dalam bukunya yang
berjudul “Keindahan Cat’s eye Cellone” Disitu dijelaskan secara rinci
bahwa “Sesungguhnya batu yang paling indah di dunia saat ini adalah batu
mata kucing yang pernah dipakaioleh putri asal China, yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah putri Ong Tin”.
“Batu kemilau dengan struktur seberat 39 crat, berwarna hijau crystal
dan bercahaya emas memanjang menjadikan batu ini terindah di dunia”
Pada tahun 1970 an, atas prakasa Ir. Kosasih sendiri beliau mengumpulkan
para Ahli Hikmah, “Barang siapa yang bisa menemukan batu mata kucing
hijau seberat 39 crat, baik dengan jalan rill maupun secara bathin, maka
kami hadiahkan seluruh uangku yang ada
” Saat Misteri menanyakan langsung pada sumbernya (Ir. Kosasih) tentang
perjalanan para Jawara ahlul bathin di tahun 1970 an, beliau hanya
menggeleng sedih pertanda batu mata kucing yang pernah di pakai oleh
putri Ong Tin, belum bisa ditemukan. Bahkan beliau berucap “Bila saat
ini ada yang mampu menemukannya saya berani bayar 21 Milliar”
Wow… sungguh fantastic harga yang diberikan untuk sebuah batu sejarah.
Kisah perburuan batu mata kucing ini masih berlanjut, dan pada tahun
1997 sampai 1999, atas prakarsa Ir. Sujatmiko, seorang arkeologi ternama
asal kota Bandung, yang dibayar langsung oleh (Alm) HM.Soeharto, mantan
presiden RI-2, menjadikan tempat Pasir Ipis, yang kini sudah menjadi
bukit dan hutan sangat rame oleh para jawara ahli bathin yang ingin
mengadu nasib. Kalau itu Misteri sendiri ikut andil dalam perburuan batu
berkelas millyaran rupiah selama kurang lebih 2 bulanan. Kisah raibnya
batu mulia mata kucing Cellone kepunyaan putri Ong Tin, selama enam abad
silam, membuat batu ini sangat mashur di seluruh belahan Nusantara,
namun dalam kenyataannya, belum ada satupun yang memiliki batu mata
kucing berwarna hijau crystal seberat 39 crat, paling yang ada saat ini
hanya seberat 5 sampai 8 crat, itupun masih dalam tarap Cellone madu dan
belum crystal sekali.
Perburuan Batu Mata Kucing di Hutan Pasir Ipis
Siapapun tentu akan kepincut dengan iming-iming puluhan milyar rupiah
hanya sekedar mencari satu batu bersejarah, kisah ini Misteri alami
sendiri yang ternyata hampir seluruh ahli bathin Cirebon, kala itu turun
semua dengan segala peralatan mistik yang dibawanya. Aroma wewangian
kian santer menusuk hidung tatkala Misteri baru sampai ditempat yang
dituju, hampir disetiap sudut hutan dan bebukitan
Pasir Ipis, telah
ditempati beragam manusia dengan pola dan tingkah laku yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Hutan Pasir Ipis
Ada yang seperti orang bertapa, berteriak memanggil penunggu bangsa
gaibiyah setempat, menggerakkan tubuh dan tangannya seperti orang sedang
kesurupan, berdzikir secara tartil, munajat dengan membisu dan masih
banyak tingkah laku aneh lainnya.
Namun hampir 90% para ahli bathin kala itu mengundurkan diri karena
adanya hawatif yang sama, bahwa : “Mustika mata kucing cellone kepunyaan
putri Ong Tin, akan terus mendampingi tuannya hingga sampai alam surga
dimana beliau tetap bersanding dengan Waliyullah Kamil Sunan Gunung
Jati” Sebab secara hakikiyah telah di nash dalam Al-Qur’an disurat
Arrohman.”Salah satu batu yang menempati alam surga adalah Lu’lu Yakut
dan Marzan” Sedangkan mata kucing kepunyaan putri Ong Tin, adalah salah
satu dari sekian milyar batu yang sangat langka dipasaran dan sudah
termasuk “Green diamond” atau yang disebut dengan berlian Lu’lu”
(Berlian berwarna hijau muda crystal).
Dalam kisah ini bisa dipetik
hikmahnya, bahwa segala sesuatu yang kita inginkan tidak semuanya
menunai keberhasilan, sesungguhnya ini semua adalah wujud dari kasih
sayang Allah SWT, yang mengingatkan pada kita semua bahwa, jangan saling
menyalahkan pendapat atau pemberian maupun wujud dari suatu ilmu orang
lain, tapi teruslah belajar untuk bisa intropeksi diri dalam segala
makna kesalahan, sebab hal semacam ini lebih mulia dari pada sifat
pemimpin yang mengedepankan dirinya sendiri dalam pandangan hubbud dunia
(Selalu mengejar materi)